Jumat, 02 Juli 2010

F4F

analisa fundamentalDefinisi. Analisis fundamental adalah analisis yang didasarkan pada situasi dan kondisi ekonomi, politik dan keamanan secara global dan juga tiap-tiap negara di dunia, terutama negara-negara pemilik mata uang kuat, seperti Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Swiss,Jepang, China, Singapur, Australia dan New Zealand.

Prinsip. Analisis fundamental membutuhkan kelihaian dan seni tersendiri untuk memperhitungkan penting tidaknya suatu infomasi menjadi faktor yang akan berpengaruh terhadap fluktuasi nilai tukar suatu mata uang. Berikut adalah prinsip-prinsip analisis fundamental :


1. Reaksi berantai. Semakin besar dampak berantai suatu informasi, semakin besar pengaruhnya terhadap nilai tukar.
2. Jarak informasi. Semakin dekat informasi dengan suatu mata uang, semakin besar pengaruh informasi tersebut. Misalnya, informasi yang berasal dari dalam negeri Indonesia akan lebih besar pengaruhnya terhadap nilai tukar rupiah dibanding informasi dari luar negeri.
3. Sumber berita. Semakin resmi sumber berita, semakin kuat pengaruhnya terhadap nilai tukar suatu mata uang.
4. Jenis berita. Berita ekonomi lebih kuat pengaruhnya terhadap nilai tukar suatu mata uang dibanding berita lainnya, seperti politik, sosial atau budaya.

Prosedur. Segala informasi kadang-kadang juga hingga hal-hal yang tidak rasional-harus dikumpulkan, guna dijadikan alat untuk memprediksi pergerakan kurs mata uang. Pada intinya, informasi tersebut akan mempengaruhi supply dan demand atas mata uang suatu negara.

Metode. Metode melakukan analisis fundamental adalah den¬gan terus-menerus meng-up date informasi yang ada. Mengenai media informasi tersebut tergantung ketersediaan yang ada di tempat kita. Namun untuk FOT, informasi ini akan selalu tersedia di menu view.

Informasi Untuk Analisis Fundamental
Setelah mengetahui, apa yang dimaksud dengan analisis fundamental, fungsi dan prosedurnya, kita bisa mengetahui bahwa bahan mentah untuk bisa melakukan analisis fundamental adalah informasi. Tetapi bukan sembarang informasi yang bisa dijadikan input bagi pembuatan analisis fundamental, melainkan informasi yang sudah diseleksi. Dengan kata lain, meskipun semua informasi memiliki peranan penting sebagai bahan untuk melakukan analisis fundamental, namun tidak harus menggunakan seluruh informasi tersebut. Analis yang bijaksana, biasanya hanya memilih informasi yang dianggap relevan dengan situasi ketika dia harus membuat analisis fundamental.

Jika demikian halnya, maka kita akan beruntung juga kalau mengikuti saran analis bijaksana tersebut, yaitu tidak memakai seluruh informasi untuk membuat analisis fundamental. Lalu informasi apa saja yang dianggap relevan tersebut ?

Berikut disajikan daftar dan penjelasan informasi-informasi yang populer digunakan sebagai bahan pembuatan analisis fundamental.
1). Trade Balance/Visible trade (Neraca Perdagangan)
Merupakan selisih antara ekspor dan impor barang. Biasanya, trade balance tidak menghitung ekspor dan impor barang-barang tidak berujud atau jasa (invisible). Apabila nilai ekspor lebih be¬sar dari pada nilai impor, maka trade balance dikatakan surplus. Kondisi ini akan menyebabkan nilai tukar mata uang negara yang surplus tersebut menguat. Jika ada informasi ini, maka posisi yang direkomendasi adalah open buy. Sebaliknya, bila defisit, open sell.
2).lndustrial Production
Metode ini mengukur output dari industri-industri suatu negara. Indikatornya adalah peningkatan jumlah produksi dibanding periode sebelumnya, yang dinyatakan dalam persentase. Infor¬masi yang di dapat adalah, jika terjadi kenaikan produksi maka menunjukkan adanya gairah ekonomi, sehingga penganguran menurun. Menurunnya tingkat pengangguran ini akan me¬ningkatkan inflasi. Peningkatan inflasi akan melemahkan mata uang. Jika kita mendapat informasi seperti ini, maka posisi yang harus diambil adalah open sell. Sebaliknya, jika mendapati informasi penurunan produksi ambil posisi open buy.
3). Producer Price Index (PPI Input)
Indeks ini mengukur perubahan harga atas bahan-bahan mentah yang digunakan dalam proses industri manufaktur. Indeks yang menurun menunjukkan adanya penurunan harga bahan-bahan mentah. Pada gilirannya ini akan menurunkan ongkos produksi. Informasi yang kita dapat dari penurunan ongkos produksi ini adalah menurunnya inflasi. Sedang analisis dari penurunan inflasi ini akan menurunkan nilai tukar mata uang. Dengan demikian, jika mendapati informasi tentang penurunan PPI input ini, posisi yang direkomendasikan adalah open sell, Jika sebaliknya, open buy.
4). Producer Price Index (PPI Output)
Indeks ini mengukur perubahan harga pada tingkat barang-barang setengah jadi dan barangjadi yang dihasilkan oleh imanufaktur. Kita lebih mengenal indeks ini sebagai inflasi. Indikator dan informasi yang diperoleh sama dengan PPI. Dengan demikian rekomendasi yang dihasilkan juga sama, yaitu open buy jika mendapati informasi tentang penurunan indeks PP output.
5). Retail Sales
Data ini memberikan informasi jumlah penjualan keseluruhan pengecer kepada konsumen. Jika terjadi peningkatan pada volume penjualan eceran ini menunjukkan adanya peningkatan demand. Peningkatan permintaan itu nantinya akan meningkatkan harga, yang kita mengerti sebagai peningkatan inflasi. Jika inflasi terjadi, maka nilai mata uang akan melemah. Hasil analisis dari informasi ini adalah jika terjadi peningkatan penjualan eceran, maka posisi yang dirokemendasikan adalah open sell. Sebaliknya, jika terjadi penurunan volume penjualan eceran, open buy.
6). Unemployment Rate (Tingkat Pengangguran)
Data mengenai tingkat pengangguran ini berhubungan dengan inflasi. Secara teori, jika tingkat pengangguran tinggi mencer¬minkan rendahnya inflasi. Teori ini juga diterjemahkan dalam praktik. Itulah sebabnya pengumuman mengenai tingkat pengangguran di AS selalu ditunggu. Sebab, jika tingkat pengangguran tinggi, biasanya The Fed (Bank Sentral AS) akan menurun¬kan suku bunga, agar investor bersedia melakukan investasi pada sektor riil. Selanjutnya, jika suku bunga diturunkan, maka ini akan meningkatkan inflasi. Yang terakhir ini bermuara pada melemahnya mata uang. Jadi, jika kita mendapati informasi tingkat pengangguran yang meningkat, maka posisi yang harus diambil adalah open buy. Sebaliknya, jika tingkat pengangguran menurun, open sell.
7). Non-Farm Payrolls
Data ini merupakan perubahan upah di sektor non-pertani¬an, atau jelasnya sektor industri. Kenaikan upah di sektor ini menunjukkan indikator akan terjadi peningkatan permintaan. Selanjutnya, peningkatan permintaan ini akan meningkatkan inflasi. Seperti biasanya, inflasi akan memperlemah nilai tukar mata uang.
Sebenarnya masih banyak lagi faktor fundamental yang harus dianalisis, terutama non-economy, seperti keadaan politik suatu negara, kebijakan-kebijakan pemerintah (baik dalam negeri maupun luar negeri), keadaan geografis (bencana alam). Bahkan serangan teroris pun harus menjadi bagian informasi yang harus dianalisis.


Beberapa Data Ekonomi dan Pengaruhnya terhadap mata uang USD

  • Avarage Earning Naik, USD, USD Menguat
  • Balance of Payment Naik, USD Menguat
  • Budget Deficit Turun, USD Menguat
  • Business Inventories Turun, USD Menguat
  • Capacity Utilization Naik, USD Menguat
  • Car Sales Naik, USD Menguat
  • Chicago PMI (Purchasing Management Index) Naik, USD Menguat
  • Construction Spending Naik, USD Menguat
  • Consumer Confidence Index (CCI) Naik, USD Menguat
  • Consumer Credit (CI) Naik, USD Menguat
  • Consumer Price Index (CPI) Turun, USD Menguat
  • Consumer Spending (Expenditure) Turun, USD Menguat
  • Cost of Living Naik, USD Menguat
  • Current Account Turun, USD Menguat
  • Corporate Profit Naik, USD Menguat
  • Deflation Naik, USD Menguat
  • Discount Rate Naik, USD Menguat
  • Durabel Goods Orders Naik, USD Menguat
  • Economic Monetary System (EMS) Naik, USD Menguat
  • Factory Orders Naik, USD Menguat
  • Federal Budget Naik, USD Menguat
  • Federal Reserve Fund Naik, USD Menguat
  • Gross Domestic Product (GDP) Naik, USD Menguat
  • Gross national Product (GNP) Naik, USD Menguat
  • Housing Start Naik, USD Menguat
  • Industrial Productions Naik, USD Menguat
  • Invisible Trade Turun, USD Menguat
  • Jobless Claims Naik, USD Menguat
  • Leading Indicators Naik, USD Menguat
  • Money Supply (M,M,M,M) Naik, USD Menguat
  • National Association Purchasing Managers (NAPM) Naik, USD Menguat
  • Non Farm Payrolls Naik, USD Menguat
  • Personal Expenditure Naik, USD Menguat
  • Personal Income Turun, USD Menguat
  • Prime Rate Naik, USD Menguat
  • Product Price Index (PPI) Naik, USD Menguat
  • Public Sector Debt Repayment Naik, USD Menguat
  • Retail Sales Turun, USD Menguat
  • Trade Balance Naik, USD Menguat
  • Trade Devicit Turun, USD Menguat
  • Trade Weighted Index Turun, USD Menguat
  • Unemployment rate Turun, USD Menguat
  • Unit Labour Cost Naik, USD Menguat
  • Value Added Tax Naik, USD Menguat
  • Visible Trade Naik, USD Menguat
  • Whole Sale Price Index Naik, USD Menguat
  • Whole Sale Order Naik, USD Menguat

Setiap berita baik yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan ekonomi dapat menjadi faktor fundamental yang penting untuk dicermati. Pada dasarnya analisa fundamental dapat dikelompokan menjadi empat kategori besar, yaitu:

  1. Faktor Ekonomi
  2. Faktor Politik
  3. Faktor Keuangan dan Moneter
  4. Faktor Eksternal

FAKTOR EKONOMI
Dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi fundamental perekonomian suatu negara, indikator ekonomi merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dan menjadi bagian penting dari keseluruhan faktor fundamental itu sendiri. Seiring kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk mendapatkan sumber informasi terkini seorang trader juga sering menggunakan informasi yang berasal dari monitor komputer, misalnya melaui Dow Jones Telerate, Reuters, Knight Rider maupun Bloomberg. Indikator-indikator ekonomi yang sering digunakan dalam Analisis Fundamental diantaranya:

1. Gross Domestic Product
Gross Domestic Product merupakan jumlah seluruh barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara baik oleh perusahaan dalam negeri maupun oleh perusahaan asing yang beroperasi di dalam negara tersebut pada suatu periode tertentu.

2. Inflasi
Seorang Trader akan selalu memperhatikan dengan seksama perkembangan tingkat inflasi. Salah satu cara pemerintah dalam menanggulangi inflasi adalah dengan melakukan kebijakan menaikkan tingkat suku bunga. Kebijakan peningkatan tingkat suku bunga ini diharapkan dapat memperkuat nilai tukar dan mengendalikan tingkat inflasi. Penggunaan tingkat inflasi sebagai salah satu indikator fundamental ekonomi adalah untuk mencerminkan tingkat GDP dan GNP ke dalam nilai sebenarnya. Nilai GDP dan GNP merupakan indikator yang sangat penting bagi seorang Trader dalam membandingkan peluang dan resiko investasinya di luar negeri. Beberapa indikator untuk mengetahui tingkat inflasi:

  • Producer Price Index (PPI), adalah indeks yang mengukur rata-rata perubahan harga yang diterima oleh produsen domestik untuk setiap output yang dihasilkan dalam setiap tingkat proses produksi. Data PPI dikumpulkan dari berbagai sektor ekonomi terutama dari sektor manufaktur, pertambangan dan pertanian.
  • Consumer Price Index (CPI), digunakan untuk mengukur rata-rata perubahan harga eceran dan sekelompok barang dan jasa tertentu. Kedua indeks tersebut, CPI dan PPI, digunakan Trader sebagai indikator untuk mengukur tingkat inflasi yang terjadi. Seorang Trader tidak dapat berharap bahwa Bank Sentral akan menaikkan tingkat suku bunga apabila salah satu indikator memberikan sinyal kuat tentang adanya inflasi maupun menurunkan suku bunga untuk keadaan sebaliknya. Sebagai contoh, dampak Perang Teluk 1991 memicu naiknya harga minyak bumi sehingga indeks CPI di Amerika Serikat juga naik. Namun karena peningkatan indeks CPI itu tidak berlangsung lama, maka Bank Sentral Amerika Serikat tidak mengambil tindakan apa pun.

3. Balance of Payment
Balance of Payment merupakan suatu neraca yang terdiri dari keseluruhan aktivitas transaksi perekonomian internasional suatu negara, baik yang bersifat komersial maupun finansial, dengan negara lain pada suatu periode tertentu. Balance of Payment ini mencerminkan seluruh transaksi antara penduduk, pemerintah dan pengusaha dalam negeri dan pihak luar negeri, seperti transaksi ekspor dan impor, investasi portofolio, transaksi antar Bank Sentral dan lain-lain. Indikator umum yang sering digunakan adalah neraca perdagangan / current account. Faktor lain yang mempengaruhi neraca pembayaran adalah adanya aliran investasi asing yang masuk ke dalam negeri dalam bentuk Foreign Direct Investment maupun Portofolio Investment. Contoh: surplus neraca perdagangan Jepang terhadap Amerika Serikat pada tahun 1998 memberikan indikasi yang jelas terhadap meningkatnya volume permintaan Yen dalam aktifitas perdagangan. Akibatnya nilai tukar Yen terhadap Dollar AS menguat.

4. Employment
Employment adalah suatu indikator yang dapat memberikan gambaran tentang kondisi riil berbagai sektor ekonomi. Indikator mengenai tingkat kesempatan kerja ini dapat dijadikan sebagai alat untuk menganalisis sehat / tidaknya perekonomian suatu negara. Apabila perekonomian berada dalam keadaan full capacity / kapasitas penuh maka akan tercapai full employment. Jika keadaan sebaliknya, maka tingkat pengangguran pun akan meningkat. Tingkat employment adalah indikator ekonomi yang sangat penting bagi pasar keuangan pada umumnya dan pasar valuta asing khususnya.

FAKTOR POLITIK
Faktor Politik merupakan salah satu indikator untuk memprediksi pergerakan nilai tukar, sangat sulit untuk diketahui timing / waktu terjadinya secara pasti dan untuk ditentukan dampaknya terhadap fluktuasi nilai tukar. Ada kalanya suatu perkembangan politik berdampak pada pergerakan nilai tukar, namun ada kalanya tidak membawa dampak apapun terhadap pergerakan nilai tukar. Contoh: gejolak politik yang terjadi di Indonesia pada pasca pergantian kepemimpinan nasional dari masa pemerintah Orde Baru 1966-1998 sampai ke Orde Reformasi menimbulkan gejolak fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS yang sangat signifikan. Namun ada kalanya isu politik tidak mempengaruhi fluktuasi nilai tukar, seperti dalam kasus Presiden Amerika Serikat, Bill Clinton dan Monica Lewinsky pada tahun 1998 yang tidak serta merta membawa dampak terhadap perubahan nilai tukar Dollar AS.

FAKTOR KEUANGAN & MONETER
Peranan Faktor Keuangan sangat penting dalam melakukan Analisis Fundamental. Adanya perubahan dalam kebijaksanaan moneter dan fiskal yang diterapkan oleh pemerintah, terutama dalam hal kebijakan yang menyangkut perubahan tingkat suku bunga, akan membawa dampak signifikan terhadap perubahan dalam fundamental ekonomi. Perubahan kebijakan ini juga akan mempengaruhi nilai tukar mata uang. Para pengamat pasar valuta asing menyatakan bahwa tingkat suku bunga adalah penentu utama nilai tukar suatu mata uang, selain indikator keuangan lainnya, seperti jumlah uang yang beredar. Aturan umum mengenai kebijakan tingkat suku bunga ini adalah: semakin tinggi tingkat suku bunga maka semakin kuat juga nilai tukar suatu mata uang.Tingkat suku bunga yang dimaksudkan disini adalah tingkat suku bunga riil bukan yang nominal. Seorang Trader akan bereaksi terhadap perubahan selisih tingkat suku bunga, bukan pada perubahan tingkat suku bunga secara individual.

FAKTOR EKSTERNAL
Faktor Eksternal dapat membawa perubahan yang signifikan terhadap nilai tukar suatu negara. Perubahan ekonomi yang terjadi dalam suatu negara dapat membawa dampak regional bagi perekonomian negara-negara yang berada di kawasan yang sama. Dalam era alokasi global asset, arus portofolio modal tidak lagi mengenal batas-batas wilayah negara. Para Fund Manager, Investor dan Hedge Fund yang melakukan investasi secara global sangat mencermati perubahan ekonomi, bukan hanya dalam lingkup satu negara, melainkan juga meluas hingga ke dalam lingkup satu kawasan / regional tertentu.